Review Novel 90 Hari Mencari Suami
Review Novel 90 Hari Mencari Suami ditulis oleh: Meylani.Aryanti. Hellow you guys! Apa kabar hari ini? Semoga dalam keadaan sehat. "Kapan kamu bakal nikah?" Aku yakin pertanyaan ini sering menjadi...
Estimasi waktu baca artikel ini adalah: . Selamat Membaca..
Hellow you guys! Apa kabar hari ini? Semoga dalam keadaan sehat. "Kapan kamu bakal nikah?" Aku yakin pertanyaan ini sering menjadi badai bagi orang-orang yang masih melajang di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi. Apalagi dengan tambahan fakta bahwa mereka belum memiliki pacar. Pertanyaan itu akan menjadi mimpi buruk.
Hal inilah yang dialami Eli, sang tokoh utama dari novel yang akan aku bahas hari ini. Novel berjudul 90 Hari Mencari Suami karya Ken Terate ini menyajikan cerita yang sarat dengan tindakan konyol dan tidak masuk akal. Agar nggak berlama-lama, kita simak dulu indentitas lengkap karya fiksi ini. Yuk mari!
Judul: 90 Hari Mencari Suami
Penulis: Ken Terate
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2019
Cetakan Ke: 1
Tebal: 360 hlm
ISBN: 9876020611808
Harga: Rp. 93.000
Eli panik saat resmi berusia 30 tahun. Mimpi-mimpinya tentang sukses sebelum 30 tahun kandas seketika karena dia tak hanya belum menikah, tetapi juga tidak punya pacar sama sekali. Karirnya? Sama karamnya dengan kapal Titanic. Kepanikannya berlipat-lipat saat adik perempuannya akan segera menikah. Kayak masih belum cukup, Eli dipecat dari pekerjaannya! Adakah yang lebih mengerikan dibanding berusia 30 tahun dan nggak punya pekerjaan?
Begitu mulai membaca novel ini aku langsung teringat pada tokoh-tokoh wanita dalam novel-novel karya Sophie Kinsella. Eli adalah sosok yang sangat konyol. Dia sering panik tanpa alasan yang jelas. Di usianya yang sudah 30 tahun, Eli bahkan masih menjalani hidup yang nggak teratur. Dia terobsesi pada sepatu dan tentu saja sifat impulsif itu juga terlihat dalam sisi hidupnya yang lain.
Aku jadi berpikir apa Ken Terate juga sama seperti diriku yang suka sekali membaca karya-karya Sophie Kinsella? Soalnya Eli berkembang sangat khas ala Sophie Kinsella. Tapi sudahlah. Aku toh tetap suka padanya. Eli memiliki dua orang sahabat yang bisa aku bilang sangat keren. Mereka jelas-jelas membenci segala bentuk sistem yang menekan keberadaan perempuan dalam masyarakat. Dan mereka sangat manis terhadap satu sama lain.
"Tiba-tiba kesadaran baru melandaku. Ini semua konyol. Kami terjebak dalam mimpi-mimpi yang kami pikir ideal. Tetapi itu bukan mimpi-mimpi kami sendiri. Itu mimpi yang ditiupkan oleh orang-orang yang bahkan tak mengenal kami." (Hal. 185)
Aplikasi Tinder yang beberapa hari belakangan ini populer karena kasus pembunuhan di Kalibata itu juga banyak dibahas disini. Eli yang merasa putus asa menjalankan saran sahabatnya untuk mencari suami lewat aplikasi itu. Ada banyak adegan lucu saat Eli mulai bertemu dengan teman kencan butanya itu.
Novel yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal ini menyuguhkan banyak sekali tokoh dengan prinsip hidup yang langka. Aku suka cara mereka berpikir dan memandang kehidupan. Lewat 90 Hari Mencari Suami aku belajar banyak soal menghargai keputusan setiap orang. Bahwa apapun yang dipilih oleh seseorang, hal tersebut merupakan hal terbaik yang bisa dia usahakan untuk dirinya. Aku nggak pantas untuk memberikan penilaian buruk terhadap hal tersebut.
Sekian saja dari aku kali ini. Semoga harimu menyenangkan dan selamat membaca!
Terimakasih telah membaca Review Novel 90 Hari Mencari Suami, jangan lupa tinggalkan reaksi & komentar kalian di bawah ini. Jika kalian suka dengan artikel ini, support penulis dengan cara share artikel ini ke sosmed kalian 😊
Written by,
Meylani.Aryanti
Tidak ada komentar